via onthejob.45things |
Sebagian dari kita pasti pernah merasakan yang namanya dibawah tekanan. Entah itu akibat dari kesalahan fatal dalam pekerjaan, atau di kejar deadline dan kita harus segera menyelesaikannya, sementara masalah yang lain belum selesai. Yup, itulah manusia umpama roda. Kadang berada diatas, kadang berada dibawah.
Tekanan yang tak terelakkan memaksa kita untuk berfikir keras. Mungkin jalan satu-satunya untuk melewati masalah tersebut adalah dengan tetap tenang.
"Bagaimana bisa tenang? otak rasanya mau pecah!!!" Ungkapan yang mungkin pernah kita dengar ketika ada teman atau sahabat yang curhat kepada kita.
Baru-baru ini sebuah penelitian dari Sekolah Bisnis Harvard menujukkan bahwa sebagian besar dari kita ketika dalam keadaan tertekan maka kita akan mencoba untuk tetap tenang. Sayangnya, dengan tenang saja tidak cukup. Menurut penelitian, lebih baik kita menyambut atau menghadapi masalah tersebut dan berusaha untuk menyelesaikannya.
"Orang-orang yang memiliki intuisi yang sangat kuat dan mencoba untuk tenang adalah cara terbaik untuk mengatasi kecemasan, tapi itu bisa sangat sulit dan tidak efektif," kata penulis studi Allison Wood Brooks dikutip Forbes (30/11/2015).
"Ketika orang merasa cemas dan mencoba untuk tenang, mereka berpikir tentang semua hal yang bisa berubah menjadi hal buruk. Ketika mereka sangat antusias (menghadapi masalah mereka), mereka akan berpikir tenang bagaimana hal tersebut dapat berjalan dengan baik," lanjut Brooks.
Tetap tenang, fokus, dan menjaga efektifitas kinerja otak ketika dibawah tekanan adalah semua tentang mentalitas kita. Orang-orang yang berhasil mengelola masalah mereka maka akan mampu menyalurkan dan memproduksi emosi mereka ke dalam perilaku yang mereka inginkan. Dengan kata lain, mereka merubah sifat cemas menjadi energi kegembiraan dan siap untuk menghadapi masalah serumit mungkin.