Mengawali pekan ini (Senin,7/9), bursa saham Asia dibuka melemah, melanjutkan penurunan di bursa saham Eropa dan AS akhir pekan lalu. Investor berhati-hati, menyambut pembukaan kembali bursa saham China setelah libur panjang akhir pekan lalu.
Gubernur Bank Rakyat China di pertemuan G20, di Ankara Turki, akhir pekan lalu menyatakan koreksi di bursa saham China telah selesai setelah membentuk gelembung pada paruh pertama tahun ini.
Bursa saham Australia mengawali perdagangan saham di Asia dengan mencatatkan penurunan indeks ASX 200 sebesar 0,8%, dan terus melorot 1,18% (-59,50 poin) ke posisi 4.981,10 pada pukul 8:30 WIB. Indeks tertekan oleh penurunan harga saham emiten pertambangan logam dan perminyakan.
Pada jam yang sama, indeks Nikkei 225 Jepang merosot 0,54% (-96,90 poin) ke level 17.695,26. Harga saham-saham emiten berorientasi ekspor, di sektor elektronik dan otomotif, berguguran terpengaruh oleh penguatan nilai tukar yen terhadap dolar AS. Indeks Kospi, Korea Selatan melemah 0,32% (-5,95 poin) ke level 1.880,09.
Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hari ini diharapkan mampu keluar dari zona merah, di tengah tekanan penurunan indeks acuan di bursa saham global dan Asia.
Analis memperkirakan, laju indeks akan tetap rentan dan cenderung bergerak melemah, meskipun akan tetap berupaya membentuk pola uptrend menuju target resisten terdekat.
Tim Riset Indo Premier berpendapat, pelemahan signifikan pada bursa saham global dan semakin melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, berpotensi membuat IHSG untuk melanjutkan pelemahan.
IHSG akan bergerak pada rentang support 4.365 dan resistance 4.465. Beberapa saham yang bisa dicermati antara lain: LSIP [LSIP 1,115 35 (+3,2%)], ELSA [ELSA 310 19 (+6,5%)], BBNI [BBNI 4,795 -155 (-3,1%)] dan UNTR [UNTR 18,600 -525 (-2,7%)].
Amerika Serikat dan Eropa
Perdagangan saham di bursa Wall Street akhir pekan lalu berakhir di zona merah, membukukan penurunan pada semua indeks saham acuan, setelah rilis data ketenagakerjaan AS yang kurang memuaskan.
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan lapangan pekerjaan non-pertanian untuk Agustus bertambah sebanyak 173.000 namun lebih sedikit dari perkiraan sebesar 220.000.
Sementara tingkat pengangguran turun lebih dari yang diharapkan menjadi 5,1 persen, lebih rendah dari sebluan sebelumnya sebesar 5,3%. Investor menilai, data tersebut kurang meyakinkan untuk mendukung kenaikan suku bunga Federal Reserve dalam pertemuan pertengahan bulan ini.
Investor juga mengamankan posisinya menghadapi libur panjang akhir pekan hinggga Senin ini, memperingati Hari Buruh, di tengah ketidakpastiann bursa China yang kembali akan dibuka hari ini, setelah libur sejak Kamis pekan lalu.
Dow Jones Industrial Average anjlok 1,66% (-272,38 poin) menjadi 16.102,38.
S&P 500Â melorot 1,53% (-29,91 poin) ke level 1.921,22.
Nasdaq Composite drop 1,05% (-49,58 poin) di posisi 4.683.
Harga ETF saham Indonesia di New York Stocks Exchange rontok 2,76% ke level US$18,99.
Bursa sahaam utama Eropa akhir pekan lalu kembali ditutup dengan mebukukan penurnan tajam pada semua indeks saham acuan, digempur kekhawatiran akan kenaikan suku bunga The Fed yang didukung oleh rilis data kenagakerjaan AS yang memperlihatkan perbaikan. Indeks juga terpengaruh oleh penurunan harga minyak dan kenaikan nilai tukar euro terhadap dolar AS.
FTSE 100 London terjungkal 2,44% (-151,18 poin) ke posisi 6.042,92.
DAX Frankfurt terpelanting 2,71% (-279,80 poin) menjadi 10.038,04.
CAC 40 Paris tersungkur 2,81% (-130,71 poin) di posisi 4.523,08.
Nilai Tukar Dolar AS
Nilai tukar dolar AS terhadap sejumlah terhadap mata uang utama dunia, akhir pekan lalu ditutup bervariasi dengan mencatatkan penurunan tipis pada Indeks Dolar.
Pasar menilai laporan ketenagakerjaan AS yang dirilis Jumat lalu, gagal memberikan sinyal jelas tentang apakah Federal Reserve akan menaikkan suku bunga akhir bulan ini.
Data juga menunjukkan penghasilan rata-rata per jam untuk semua karyawan non-pertanian swasta meningkat delapan sen menjadi 25,09 dolar AS pada Agustus, juga lebih tinggi dari ekspektasi pasar.
Indeks Dolar, yang mengukur nilai tukar greenback terhadap enam mata uang mitra dagang utama AS utama, turun tipis 0,18% menjadi 96,229 pada akhir perdagangan. Dolar AS melemah terhadap euro dan yen, namun menguat terhadap poundsterling.
Komoditas
Harga minyak dunia akhir pekan lalu, ditutup dengan mebukuan penurunan, tertekan oleh penilaian investor terhadap prospek ekonomi AS yang kurang menggembirakan, setelah rilis data ketenagakerjaan AS yang bervariasi, tidak cukup kuat untuk memberikan petunjuk kenaikan suku bunga The Fed.
Analis mengatakan, penurunan harga minyak juga disebabkan oleh upaya pedagang untuk menghidari risiko penurunan harga lebih dalam lagi, menjelang libur panjang akhhir pekan, hingga Senin ini.
Pasar tidak terlalu menanggapi rilis data perminyakan Baker Hughes yang menyebutkan penurunan jumlah rig yang beroperasi hingga 4 September lalu, menjadi hanya 662 rig, terendah sejak pertengahan Juli.
Harga minyak mentah WTI untuk pengiriman Oktober, turun 70 sen (-1,5%) menjadi US$46,05 per barel.
Harga minyak mentah Brent untuk penyerahan Oktober, melemah US$2,30 menjadi US$50,40 per barel.
Harga emas di bursa berjangka COMEX New York Mercantile Exchange, akhir pekan lalu juga ditutup dengan membukukan penurunan, terpengaruh oleh rilis data ketenagakerjaan AS yang dikhawatirkan akan memberi dukungan terhadap kenaikan suku bunga AS pada September ini.
Selama pekan lalu, harga kontrak emas berjangka telah kehilangan 1,11%. Seorang pejabat The Fed menyatakan, data pasar tenaga kerja AS cukup baik dan tidak mengubah kebijakan moneter AS.
Harga emas untuk pengiriman Desember melorot US$3,10 (-0,28%) menjadi US$1.121,40 per ounce.
Harga emas di pasar spot turun 0,3% menjadi US$1.121,46. (AFP,CNBC, Reuters)
Sumber : ipotnews, antaranews